Sabtu, 04 Mei 2013

Syekh Malik bin Dinar Bertaubat

  Tentang pertaubatan Malik bin Dinar, kisahnya adalah sebagai berikut. Ia adalah seorang lelaki yang sangat tampan, gemar bersenang-senang dan memiliki harta kekayaan yang berlimpah-limpah. Malik tinggal di Damaskus di mana golongan Mu'awwiyah telah membangun sebuah masjid yang besar dan mewah. Malik ingin sekali diangkat sebagai pengurus masjid tersebut. Maka pergilah ia ke masjid itu. Di pojok ruangan masjid itu dibentangkannya sajadahnya dan di situlah ia selama setahun terus-menerus melakukan ibadah sambil berharap agar setiap orang akan melihatnya sedang melakukan shalat. "Alangkah munafiknya engkau ini", ia selalu berkata kepada dirinya sendiri.
Setahun telah berlalu. Apabila hari telah malam, Malik keluar dari masjid itu dan pergi bersenang-senang.
Pada suatu malam ketika ia sedang asyik menikmati musik di kala semua teman-temannya telah tertidur, tiba-tiba dari kecapi yang sedang dimainkannya terdengar sebuah suara: "Malik, mengapakah engkau belum juga bertaubat?". Mendengar kata-kata yang sangat menggentarkan hati ini, Malik segera melemparkan kecapinya dan berlari ke masjid.
"Selama setahun penuh aku telah menyembah Allah secara munafiq", ia berkata kepada dirinya sendiri. "Bukankah lebih baik jika aku menyembah Allah dengan sepenuh hati? Aku malu. Apakah yang harus kulakukan? Seandainya orang-orang hendak mengangkatku sebagai pengurus masjid, aku tidak akan mau menerimanya". Ia bertekad dan berkhusyuk kepada Allah. Pada malam itulah untuk pertama kalinya shalat dengan sepenuh keikhlasan.
Keesokan harinya, seperti biasa, orang-orang berkumpul di depan masjid. "Hai, lihatlah dinding masjid telah retak-retak", mereka berseru. "Kita harus mengangkat seorang pengawas untuk memperbaiki masjid ini". Maka mereka bersepakat bahwa yang paling tepat menjadi pengawas masjid itu adalah Malik. Segera mereka mendatangi Malik yang ketika itu sedang shalat. Dengan sabar mereka menunggu Malik menyelesaikan shalatnya.
"Kami datang untuk memintamu agar sudi menerima pengangkatan kami ini", mereka berkata.
"Ya Allah", seru Malik, "setahun penuh aku menyembah-Mu secara munafik dan tak seorang pun yang memandang diriku. Kini setelah diberikan jiwaku kepada-Mu dan bertekad bahwa aku tidak menginginkan pengangkatan atas diriku, Engkau menyuruh dua puluh orang menghadapku untuk mengalungkan tugas tersebut ke leherku. Demi kebesaran-Mu, aku tidak menginginkan pengangkatan atas diriku ini".
Malik berlari meninggalkan masjid itu kemudian menyibukkan diri beribadah kepada Allah, dan menjalani hidup prihatin serta penuh disiplin. Ia menjadi seorang yang terhormat dan saleh. Ketika seorang hartawan kota Bashrah meninggal dunia dan ia meningglkan seorang puteri yang cantik, si puteri mendatangi Tsabit al-Bunani untuk memohon pertolongan.
"Aku ingin menjadi isteri Malik", katanya, "sehingga ia dapat menolongku di dalam mematuhi perintah-perintah Allah".
Keinginan dara ini disampaikan Tsabit kepada Malik. "Aku telah menjatuhkan thalaq kepada dunia", jawab Malik. "Wanita itu adalah milik dunia yang telah kuthalaq, karena itu aku tidak dapat menikahinya".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar