Jumat, 03 Mei 2013

Kebaikan Jiwa

Seorang laki-laki datang kepada Ibrahim bin Adham. Beliau termasuk salah satu dokter untuk penyakit hati.
Orang itu berkata kepadanya, “Sungguh, saya telah menjerumuskan diri saya ke dalam kemaksiatan. Oleh karena itu, tolong berikan kepadaku resep untuk mencegahnya.
Ibrahim bin Adham berkata kepadanya, “Jika engkau mampu melakukan lima hal, engkau tidak akan menjadi ahli maksiat.”
Orang itu berkata –dia sangat penasaran untuk mendengarkan nasihatnya, “Tolong ungkapkan apa yang ada di benakmu wahai Ibrahim bin Adham!
Ibrahim bin Adham berkata, “Pertama, jika engkau hendak berbuat maksiat kepada Allah, maka janganlah engkau makan sedikit pun dari rezeki-Nya.
Orang itu heran kemudian di bertanya, “Bagaimana engkau bisa mengatakan hal itu wahai Ibrahim. Padahal semua rezeki berasal dari sisi Allah.
Ibrahim berkata, “Jika engkau telah menyadari hal itu, maka apakah pantas engkau makan rezeki-Nya padahal engkau berbuat maksiat kepada-Nya?” Laki-laki itu menjawab, “Tentu tidak pantas. Lalu apa yang kedua wahai Ibrahim?”
Ibrahim bin Adham berkata, “Kedua, jika engkau hendak berbuat maksiat kepada Allah, maka janganlah engkau tingggal di negeri-Nya.”
Orang tersebut terheran-heran melebihi yang pertama, kemudian dia berkata, “Bagaimana anda bisa mengatakan hal itu wahai Ibrahim, padahal semua negeri ini milik Allah?
Ibrahim menjelaskan kepada-Nya, “Jika engkau telah menyadari hal itu, maka apakah pantas engkau tinggal di negeri-Nya padahal engkau berbuat maksiat kepada-Nya?” Laki-laki itu menjawab, “Tentu tidak pantas. Lalu apa yang ketiga, wahai Ibrahim?”
Ibrahim bin Adham berkata, “Ketiga, jika engkau hendak berbuat maksiat kepada Allah, maka carilah tempat di mana  Allah Ta’ala tidak dapat melihatmu, lalu berbuatlah maksiat di tempat itu!”
Orang itu berkata, “Bagaimana engkau bisa mengatakan hal itu wahai Ibrahim, padahal Allah Maha mengetahui segala perkara yang rahasia (dan yang tersembunyi)? Dia dapat mendengar merayapnya semut pada batu besar yang keras di malam yang gelap.”
Ibrahim berkata kepadanya, “Jika engkau telah menyadari hal itu, maka apakah pantas engkau berbuat maksiat kepada-Nya?
Orang itu berkata, “Tentu tidak pantas. Lalu apa yang keempat, wahai Ibrahim?”
Ibrahim bin Adham berkata, “Keempat, jika Malaikat Maut datang mencabut nyawamu, maka katakanlah kepadanya, “Tundalah kematianku sampai waktu tertentu!”
Laki-laki itu berkata, “Bagaimana engkau bisa mengatakan hal itu, padahal Allah telah berfirman:

فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُوْنَ (34)

“Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaatpun dan tidak dapat (pula) mempercepatnya.” (QS. Al-A’raf: 34)
Ibrahim berkata, “Jika engkau telah menyadari hal itu, mengapa engkau masih mengharapkan keselamatan?” Orang itu menjawab, “Iya. Lalu apa yang kelima wahai Ibrahim?”
Ibrahim bin Adham berkata, “Kelima, Apabila Malaikat Zabaniyah mendatangimu untuk menyeretmu ke Jahannam, maka janganlah engkau ikut mereka.”
Belum sampai orang itu mendengarkan nasihat yang kelima, dia berkata sambil menangis, “Cukup, wahai Ibrahim. Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.”
Akhirnya orang itu senantiasa beribadah sampai meninggal dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar